Tanaman lidah buaya (Aloevera) yang kini telah mulai dibudidayakan ternyata begitu sarat manfaat. Selain khasiatnya yang sejak dulu telah dikenal sebagai penyubur rambut, tanaman berlendir ini ditenggarai dapat diracik menjadi obat HIV/AIDS. Kandungan dalam lidah buaya yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh diperkirakan dapat menghambat kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja kekebalan tubuh penderitanya.
Selain itu, tanaman ini juga terbukti juga dapat membantu merawat dan mencegah infeksi lambung dan usus. Walaupun penelitian lebih lanjut mengenai keampuhan lidah buaya sebagai obat HIV/AIDS masih terus dilangsungkan, namun efektifitas tanaman berlendir ini sebagai tanaman yang sangat bermanfaat untuk kesehatan telah lama diakui peneliti maupun masyarakat umum.
Menurut Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi DR. Wahono Sumaryono, Apt. APU, dalam siaran persnya menyebutkan, lidah buaya memiliki zat metabolit sekunder. Zat ini biasanya tidak digunakan untuk mencukupi kebutuhan dasar pertumbuhan tanaman. Melainkan hanya mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan ekosistem.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa zat dalam lidah buaya berfungsi sebagai obat yaitu aloemoedin dan aloebarbadiod. Keduanya termasuk dalam golongan antrakinon. Golongan ini berfungsi memudahkan buang air besar. Jika dalam substansi tersebut terdapat kelompok flavanoid, fungsi zat itu sebagai sistem pertahanan tubuh tanaman. Sebab golongan itu merupakan turunan dari fenol (antiseptik).
Di Indonesia, sentra produksi tanaman lidah buaya terdapat di daerah Pontianak, Kalimantan Barat. Tanaman lidah buaya dengan kultur jaringan dan irigasi tetes memiliki hasil cukup signifikan dibanding tanaman lidah buaya konvensional. Dengan teknologi ini, tinggi tanaman buaya minimal dua kali lipat dari tanaman lidah buaya konvensional, yaitu sekitar 150 cm. Selain mengembangkan teknologi budidaya secara kuljar dan irigasi tetes, Biotek BPPT berencana untuk mengemas tanaman lidah buaya dalam bentuk powder (bubuk).
Kepala Balai Biotek-BPPT DR. Koesnandar. M.Eng. menjelaskan bahwa harga kemasan bubuk lidah buaya per kilogram setara dengan 125 kg berat basah (di pasar swalayan 1 kg Rp. 4.500,- dari petani Rp. 1.000-2000 per kg). Di Pontianak luas tanaman lidah buaya yang ada saat ini sekitar 100 hektar. Rinciannya, 80 hektar terdapat di wilayah kota dan 20 hektar
Lidah Tak Bertulang yang Sarat Manfaat
Ada lebih dari 200 species lidah buaya. Kebanyakan ditemukan di daerah kering Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Mirip dengan kaktus, daunnya tumbuh keatas, kaku bagaikan lidah atau pedang yang tajam. Mungkin itu sebabnya aloe vera di Indonesia dinamakan lidah buaya.
Lidah buaya bisa berumur panjang sekalipun tanpa air karena tanaman ini dapat menutup pori-porinya serekat lem bahkan juga saat daunnya dipotong. Tujuannya untuk menghindari keluarnya air.Lidah buaya yang termasuk keluarga Liliaceae ini bisa ditemukan di hampir semua benua.
Di Indonesia pun lidah buaya tak ada kesulitan tumbuh. Bahkan di Pontianak terdapat perkebunanan lidah buaya. Tak heran orang suka menanamnya. Karena selain mudah penanaman serta perawatannya, manfaat tanaman ini pun segudang.
Di dalam lidah buaya ini terkadung konsentrasi nutrisi bermanfaat yang sangat tinggi yang berguna bagi pengobatan dan bahan kosmetik. Di dalam lidah buaya juga terkandung aloin yang berguna untuk menurunkan demam atau obat pencahar. Selain itu lidah buaya juga memiliki lignin.
Manfaat
1. Cacingan, susah buang air kecil 2. Sembelit 3. Penyubur rambut 4. Luka bakar / tersiram air panas (ringan) 5. Bisul 6. Jerawat, noda-noda hitam 7. Batuk (yang membandel) 8. Diabetes 9. Radang tenggorokan 10. Menurunkan kolesterol 11. Perawat dan Pencegah Infeksi Lambung dan Usus 12. Pembunuh rasa sakit 13. Perawatan kulit (scrub, tabir surya dan anti gigitan serangga) 14. Bahan kosmetik dan pelembab (pH yang seimbang dengan kulit).
Lidah Buaya Jadi Penganan Lezat
Menurut catatan, lidah buaya ditemukan tahun 1500 sebelum masehi. Bukti tertulis menyebutkan tanaman ini digunakan untuk melawan insomnia, gangguan pencernaan, sakit kepala, kerontokan rambut, gangguan batu empedu, dan banyak penyakit lain. Pengobatan dengan lidah buaya ini tercatat di dokumen-dokumen sejarah pengobatan Arab, Romawi, Yunani, India, dan Cina. Konon Cleopatra pun sudah memanfaatkan tanaman ini untuk kecantikannya.
Meski sudah diketahui keampuhannya, namun lidah buaya sempat ditinggalkan orang sejalan dengan berkembangnya pengobatan modern. Tetapi di awal tahun 1940, lidah buaya kembali naik daun setelah orang Amerika menemukan bahwa gel dalam lidah buaya dapat mengobati terbakarnya kulit akibat sinar matahari. Sekarang lidah buaya pun makin dilirik orang, bukan sekadar untuk obat, tetapi juga untuk makanan.
Sebagian orang memang masih ragu dan “tidak tega” menyantapnya mengingat penampilannya yang berlendir dan baunya yang kurang sedap. Padahal setelah diolah perasaan tadi pastilah hilang karena lidah buaya memang enak. Rasanya agak kenyal, garing, sekaligus empuk. Sebelum diolah jadi makanan, kulit lidah buaya harus dikupas lebih dahulu hingga tampak gelnya yang berwarna putih bening. Pengelupasan harus cukup tebal agar masakan atau minuman Anda tidak pahit. Potong-potong gel yang panjang itu lalu remas perlahan dengan garam hingga lendirinya hilang. Baik juga kalau Anda mau merendam potongan lidah buaya dalam air yang telah dicampur tawas. Agar hilang baunya, cuci lidah buaya berulang-ulang sebelum digunakan.
Masakan yang bisa diolah dari lidah buaya yaitu :sup, tumisan, atau minuman. Memasaknya memang perlu sedikit kehati-hatian dan pengalaman. Panasnya harus tepat, begitu juga waktu memasaknya. Terlalu cepat memasak, membuat bau lidah buaya bertahan dan tidak hilang. Di negara tetangga seperti Cina, Hongkong, atau Taiwan, sudah mulai dijual orang lidah buaya dalam bentuk juice, kubus, atau teh. Di sini lidah buaya baru ditemukan dalam bentuk manisan atau minuman.
Mereka yang rajin menyantap tanaman ini merasa lebih energik, lebih sehat, dan pencernaannya jadi lebih baik.
Lidah Buaya dan Kecantikan
Resep cantik : - 3 sendok makan getah aloe vera (diambil dari daun yang dikupas, lalu lumatkan) 1 atau 2 tetes minyak esensial tea tree Campurkan kedua bahan tersebut lalu oleskan pada bagian kulit yang terasa kering. Diamkan selama 10-15 menit lalu bilas dengan air dingin.
Lendir di dalam daunnya dapat Anda gunakan untuk mendinginkan kulit terbakar akibat sengatan matahari. Jadi bila kulit Anda memerah setelah berjemur di pantai, langsung saja oleskan getah tersebut di area yang terasa panas, memerah dan gatal akibat sengatan matahari.
Mata terasa lelah gara- gara kelamaan berkutat di depan komputer? Gampang, segarkan kembali dengan daun lidah buaya. Caranya irislah bagian daun secara melebar lalu dinginkan dalam lemari es selama beberapa menit. Gunakan untuk mengompres mata yang lelah.
Daun lidah buaya juga dapat digunakan sebagai pelembap bagi rambut kering, pun mengembalikan kilau rambut diwarnai. Oleskan lendir daun lidah buaya pada rambut yang masih lembap setelah ber-shampoo, mulai dari bagian ujung rambut hingga ke akar. Pijat lembut lalu bungkuslah dengan handuk hangat atau shower cap selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu, bilaslah hingga bersih.
sumber : http://whandi.net/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4405
No comments:
Post a Comment